Maharani, Shania (2025) Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. R dengan Benigna Prostat Hyperplasia Post Transurethral Resection Of Prostate (TURP) Melalui Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Di Ruangan Bedah Pria RSUP Dr M djamil Padang. Diploma thesis, Universitas Alifah.
![[thumbnail of Abstrak]](http://repository.alifah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Abstrak .pdf - Published Version
Download (648kB)
![[thumbnail of BAB I]](http://repository.alifah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
BAB 1 .pdf - Published Version
Download (328kB)
![[thumbnail of BAB V]](http://repository.alifah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Bab V.pdf - Published Version
Download (347kB)
![[thumbnail of Daftar Pustaka]](http://repository.alifah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Daftar Pustaka Kian.pdf - Published Version
Download (409kB)
![[thumbnail of KIAN Full]](http://repository.alifah.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
KIAN SHANIA MAHARANI , S.Kep (2414901053).pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Download (2MB)
Abstract
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan penyumbatan aliran urin. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan pembedahan prosedur Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Akibat dari pembedahan ini, pasien umumnya akan merasakan nyeri
pasca operasi yang dapat mengganggu kenyamanan dan proses penyembuhan. Salah satu metode non farmakologis yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah terapi relaksasi otot progresif, yaitu teknik relaksasi yang dilakukan secara
bertahap melalui ketegangan dan pelepasan otot. Tujuan penulisan Karya Ilmiah ini adalah untuk mengaplikasikan penerapan terapi relaksasi otot progresif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi TUR-Prostat.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh nyeri di area post TURP, dengan karakter nyeri hilang timbul, terasa ditusuk-tusuk, berdurasi 3–4 menit, menjalar dari umbilikus sampai ke simfisis pubis, dengan skala nyeri 6. Nyeri dirasakan meningkat ketika pasien melakukan pergerakan dan disebabkan oleh efek pembedahan.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus ini meliputi perfusi perifer tidak efektif, nyeri akut, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dilakukan antara lain pemantauan sirkulasi perifer, manajemen nyeri dengan
terapi relaksasi otot progresif, serta pencegahan infeksi melalui pemantauan tanda dan gejala infeksi.
Evaluasi setelah 3x24 jam tindakan keperawatan menunjukkan
peningkatan pada perfusi sirkulasi, penurunan intensitas nyeri akut, serta penurunan risiko infeksi. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penerapan asuhan keperawatan pasien BPH selanjutnya.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RD Surgery |
Divisions: | Faculty of Medicine, Health and Life Sciences > School of Medicine |
Depositing User: | s1 keperawatan |
Date Deposited: | 25 Sep 2025 04:48 |
Last Modified: | 25 Sep 2025 04:48 |
URI: | http://repository.alifah.ac.id/id/eprint/2408 |