Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Peran Orang Tua Dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Smk Nusatama Kota Padang Tahun 2025

Vanni Chairani Tanjung
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Peran Orangtua dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMK Nusatama Kota Padang Tahun 2025
xi + 50 halaman, 7 tabel, 2 gambar, 10 lampiran
ABSTRAK
Masa remaja merupakan periode kritis yang rentan terhadap perilaku berisiko, termasuk dalam kesehatan reproduksi. Siswa SMK, yang sering kali lebih cepat terpapar lingkungan sosial dan dunia kerja, memerlukan bekal pengetahuan dan dukungan yang memadai. Peran orangtua sebagai sumber informasi primer dianggap fundamental dalam membentuk perilaku kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab. Namun, fenomena menunjukkan bahwa komunikasi tentang kesehatan reproduksi antara orangtua dan remaja sering kali terhambat, sehingga pengetahuan remaja mungkin tidak memadai dan berpotensi menyebabkan perilaku yang tidak sehat (WHO, 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan peran orangtua dengan perilaku kesehatan reproduksi pada siswa SMK Nusatama Kota Padang Tahun 2025.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penlitian ini seluruh siswa kelas X dan Xl di SMK Nusatama yang berjumlah 348 orang dengan sampel sebanyak 78 orang yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan metode wawancara dan analisis data secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35,9% siswa memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik, 35.9% siswa untuk yang memiliki pengetahuan kurang, dan 41% siswa yang tidak ada peran orangtua dalam kesehatan reproduksi. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan(p-value=0,003) dan peran orangtua (p-value=0,016) dengan perilaku kesehatan reproduksi di SMK Nusatama Kota Padang Tahun 2025.
Perilaku kesehatan reproduksi pada siswa masih dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan kurangnya peran orang tua. Disarankan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan kegiatan edukasi kesehatan reproduksi melalui program bimbingan konseling, seminar, penyuluhan rutin bekerja sama dengan tenaga kesehatan, serta membentuk kelompok peer-educator agar informasi dapat diterima siswa dengan lebih mudah dan efektif.